AINA QALBYNA BLOG
Allah memberikan kehidupan kepada kita sebagai makhluq sempurna,punya akal....dan kehidupan yang indah
....jalani dengan ikhlas dan siap menerima apa adanya yang diberikan oleh Allah SWT....amin
Perjalanan panjang hidup seorang anak manusia sulit untuk di tebak oleh yang namanya manusia itu sendiri,
umur,rezeki,pertemuan,juga maut.
Semua ada yang mengatur,tiap sedetik desah nafas yang kita hirup ada yang mengatur yaitu Allah SWT.
------------------------------
IslamDotNet | Links | Teman-teman | Siapakah aku?

Tuesday, December 20, 2005

Bismillahirahman nirahim
Wanita Pencari Sayap

KISAH PEREMPUAN PENCARI SAYAP
Seorang perempuan menjalin cinta dengan seorang lelaki. Cinta perempuan itu demikian mendalam. Dan telah tereka-reka sejumlah asa untuk meluncurkan bahtera bahagia nantinya. Namun belum genap harapan terhampar berubah kenyataan, sang lelaki di panggil menghadap ke 'arsy. Kini tinggallah si perempuan sendiri. Bersama pilinan cinta dan anyaman harapan terlipat masa.

Monday, October 18, 2004

Bagai burung ia telah kehilangan sebuah sayap. Tentu dengan satu sayap ia tak dapat terbang menggapai bintang-bintang. Sedang kebahagiaan masa depan adanya di antara gugusan bintang gemintang. Aku butuh sayap, begitu mungkin rutuk hatinya. Agar bisa terbang menyambung kenangan silam agar tak putus dari kenyataan.Ketika ia bertemu dengan lelaki lain yang paras wajahnya sangat mirip dengan lelakinya yang telah mendahulu, seketika terbetik pikiran dalam kepalanya. Inilah sayapku. Pasangan sayap untuk mengepak dan terbang mengulur temali dari masa silam.Untuk dirajut menjadi lembaran tilam kebahagiaan yang tertunda oleh kematian. Meski kata sebagian orang lelaki pemilik sayap ini tak cukup setara dengan dirinya. Tak sepadan kedudukan dan kecerdasannya. Tapi mungkin ia tak memandang penting ini, yang dibutuhkannya adalah sebuah sayap. Sayap yang mirip dengan yang dimilikinya. Dahulu.Kemudian menikahlah mereka. Bertautlah kedua sayap, lalu mengepak-kepak kecil mencari-cari harmoni. Seperti anak burung yang hendak belajar terbang. Sekian waktu kemudian sang perempuan yang tertaut pada masa silam dikarunia kehamilan. Sebuah janin telah tumbuh di rahim. Menanti saat menjelang bumi sebagai bayi. Menjadi kanak amanah pembawa pesan langit.Lalu, saat itu tiba. Bayi menjelang bumi. Tepat di waktu yang sama dengan kelahiran lelaki pemilik sayap terdahulu. Harinya, tanggalnya dan jamnya. Pertanda apa ini? Sehingga Pemilik kehidupan menghadirkan ketepatan. Adakah hikmah yang bisa terjamah."

selanjutnya...

Bismillahirahman nirahim
Suara hati

"Godaan terbesar adalah saat angan kita berkelana tak terikat. Dia merambah seperti udara yang menelusup ke segala ruang kosong. Hingga akhirnya tak menyisakan sedikit pun tempat untukNya. KehendakNya tak berjalan, karena kita terlalu sibuk dengan beragam kehendak dan ketakutan akan tak terpenuhinya kehendak itu.Sebenarnya hati itu tak berbentuk. Tak jelas matranya. Tapi ia ada menjadi bagian dari manusia. Mengenai tempat saja orang bisa berbeda-beda menunjuknya. Meski rata-rata mengarahkan jari ke dada bila ditanya lokasinya. Lihat saja di film-film. Bila ada adegan meratap dan bersedih, si pemain biasanya mendekap dada. Atau jika sang aktris mesti berakting murka karena disakiti hatinya, ia akan meluruskan telunjuknya ke arah dada juga. Bukan perut, apalagi lutut.Hati memang abstrak, tapi sangat terasakan hadirnya. Lagi pula hati itu labil sifatnya. Mudah sekali berubah-ubah tabiatnya. Hati juga sangat elastis. Bisa menyempit hingga sebesar zarah. Bisa pula meluas melebihi cakrawala. Katanya hati juga bisa lebih lembut dari kapuk atau salju. Tetapi dapat juga mengeras melampaui intan permata. Hati juga seperti satelit. Mirip rembulan. Tak mampu pancarkan sinar. Ia hanya sekedar meneruskan cahaya yang menerpanya. Bukan memproduksinya.Oleh sebab demikian sifatnya, harus ada yang membimbing hati. Agar sempit tak melilit. Tidak mengerak keras seperti lava yang menjelma granit. Dan cerlang bercahaya. Tak redup bahkan gulita seperti bermalam ketiga puluh di gua.Maka hati yang layaknya sebuah kamar, jangan sesaki dengan aneka isi. Banyak rupa perabotan kita masukkan ke dalam. Bermacam lukisan kita pasang di sekujur langit-langit dan dinding. Kita pelihara anak gajah di dalamnya. Waktu kita habiskan untuk merawatnya. Memberi asupan bergizi protein tinggi, membelai-belainya serta mengajaknya bermain-main tanpa jeda. Lalu tak terasa tiba-tiba anak gajah melesat meraksasa menjadi gajah dewasa. Setiap jengkal ruang habis tak bersisa didudukinya. Secuilpun tak ada sela. Kitapun dirundung kesulitan untuk mengeluarkannya. Akhirnya ia bersemayam dengan sentosa di sana.Jika kamar hati sudah sesak oleh gajah dan segala rupa isi, lalu di mana cercah cahaya akan meniti. Tak ada celah baginya menyelusup untuk membagi sedikit terang guna mengingsut pengap dan gelap. Menyapu debu-debu menggayut sarang laba-laba. Sehingga cahaya menghampar di seluruh penampang. Menghangati pori-pori, membikin ia berdenyut luruh sibuk menafakuri diri.Rasanya ruang kamar kita kian waktu kian sesak. Dinding-dindingnya pun terdesak-desak. Anak gajah juga telah menjelma mammut. Dan tak cukup celah pintu untuk mengosongkannya. Kita mesti menjebol dinding-dindingnya. Biar kosong. Biar lowong. Agar tak cuma secercah cahaya yang mengena. Tapi berhujan-hujan cahaya menimpa.
dikala sepi mendera...00.00 AM

selanjutnya...

Supported by : cenary.com