AINA QALBYNA BLOG
Allah memberikan kehidupan kepada kita sebagai makhluq sempurna,punya akal....dan kehidupan yang indah
....jalani dengan ikhlas dan siap menerima apa adanya yang diberikan oleh Allah SWT....amin
Perjalanan panjang hidup seorang anak manusia sulit untuk di tebak oleh yang namanya manusia itu sendiri,
umur,rezeki,pertemuan,juga maut.
Semua ada yang mengatur,tiap sedetik desah nafas yang kita hirup ada yang mengatur yaitu Allah SWT.
------------------------------
IslamDotNet | Links | Teman-teman | Siapakah aku?

Monday, June 19, 2006

Bismillahirahman nirahim
COBAAN

Terlepas dari segala perdebatan, apakah keberadaan kita ini adalah suatu cacat bawaan akibat adanya penyimpangan gen, ataukah ini adalah penyakit mental yang menetap, ataukah ini karena pengaruh lingkungan, kita pasti sering bertanya "Mengapa saya diberi cobaan sedemikian berat? Apa maksud dari cobaan ini?"

Jika kita percaya dan yakin akan adanya Allah, maka kita juga harus yakin bahwa Allah-lah yang menguasai segalanya, tidak bisa dipertanyakan lagi. Kekuasaan dan Keadilan Allah adalah mutlak. Dan bukan-lah Allah yang "bersalah" jika kita mendapat takdir yang, bagi kita terasa, buruk. Cara pandang kita atas sesuatu tidak selalu sama dengan cara Dia memandang. Sekali lagi itu semua adalah karena keterbatasan kita sebagai mahluk, yang berilmu sedikit dan yang sering tergesa-gesa dalam mengambil kesimpulan. Kita melihat bahwa cobaan adalah hal yang buruk bagi kita. Tapi dari cara pandang Allah, bisa jadi itu adalah pelajaran buat kita. Jika yang kita lihat hanyalah hal-hal yang buruk, itu karena kita memilih untuk membiarkan hal itu tetap sebagai nasib buruk di mata kita. Jika kita menghadirkan Allah SWT, mengimani keagungan-Nya, ke-Maha Suci-an-Nya, maka kita bisa merubahnya menjadi kebaikan, bahwa Allah mempunyai tujuan mulia atas semua kehendak-Nya.

Maka sebaiknya kita tidak menganggap takdir kita ini sebagai suatu yang buruk, suatu nasib sial. Hal itu hanya akan menghancurkan kita sendiri, membawa kita ke dalam kehidupan yang murung, penuh penyesalan, penuh kekecewaan, penuh keluh kesah. Kemudian kita akan mempertanyakan keberadaan Tuhan, memberontak, bahkan menghujat-Nya. Karena Allah tidak menjawabnya, pada akhirnya hanyutlah kita ke dalam keputus-asaan. Dalam keputus-asaan tanpa arah dan tanpa petunjuk yang dapat diyakini, kita lebih mudah terjerumus ke jurang yang lebih dalam. Padahal sebenarnya kita tahu cahaya itu ada disana, dan tetap ada disana. Tapi kita mengabaikannya, dan menganggap cahaya itu bukan untuk kita.

Kita kadang terlalu egois, menginginkan kehidupan di dunia yang penuh kenikmatan, tapi tidak mau memaksa diri untuk berjuang, bermujahadah demi mendapatkan sesuatu yang jauh lebih baik. Seharusnya kita ingat Allah tidak pernah menjanjikan bahwa kehidupan di dunia akan penuh dengan kebahagiaan dan kenikmatan. Tidak pernah. Allah menjanjikan kehidupan bahagia yang kekal di akhirat nanti. Jadi bersiaplah menghadapi kehidupan dunia yang sulit.

Meskipun mungkin anda akan berdalih, bahwa orang dengan kecenderungan terhadap sejenis lebih berat cobaannya dibanding orang normal. Sebenarnya kita tidak bisa membandingkan satu cobaan dengan cobaan yang lain. Masing-masing cobaan mempunyai karakter masing-masing. Mungkin kita melihat seseorang yang hidupnya sangat mulus tanpa hambatan, di mata kita orang itu mendapat ujian yang sangat ringan dari Allah. Padahal di mata Allah orang tersebut mendapat cobaan yang berat, karena Allah sedang menguji sejauh mana orang tersebut mampu bersyukur dan menggunakan segala kemudahannya untuk lebih rajin beribadah. Dan hal itu sesungguhnya lebih berat, karena cobaan tersebut tidak nampak di depan mata, sehingga orang lebih sering melalaikannya.

Karena itu terimalah cobaan ini dengan hati yang lapang. Berjuanglah mengatasi dorongan hati yang buruk. Dan jangan mempertanyakan Allah. Cobaan ini diberikan untuk menjadikan kita sebagai manusia yang berderajat tinggi, yang tidak tunduk kepada nafsunya, yang memuliakan Allah Sang Penciptanya.

From Renungan....

selanjutnya...

Supported by : cenary.com