AINA QALBYNA BLOG
Allah memberikan kehidupan kepada kita sebagai makhluq sempurna,punya akal....dan kehidupan yang indah
....jalani dengan ikhlas dan siap menerima apa adanya yang diberikan oleh Allah SWT....amin
Perjalanan panjang hidup seorang anak manusia sulit untuk di tebak oleh yang namanya manusia itu sendiri,
umur,rezeki,pertemuan,juga maut.
Semua ada yang mengatur,tiap sedetik desah nafas yang kita hirup ada yang mengatur yaitu Allah SWT.
------------------------------
IslamDotNet | Links | Teman-teman | Siapakah aku?

Saturday, October 14, 2006

Bismillahirahman nirahim
LEBARANNNNNNNNNN YUKKKK LEBARAN

Fajar 1 Syawal menyingsing, menandai berakhirnya bulan penuh kemuliaan.
Senyum kemenangan terukir di wajah-wajah perindu Ramadhan, sambil
berharap kembali meniti Ramadhan di tahun depan. Satu persatu kaki-kaki
melangkah menuju tanah lapang, menyeru nama Allah lewat takbir, hingga
langit pun bersaksi, di hari itu segenap mata tak kuasa membendung
airmata keharuan saat berlebaran. Sementara itu, langkah sepasang kaki
terhenti oleh sesegukan gadis kecil di tepi jalan.
"Gerangan apakah yang membuat engkau menangis anakku?" lembut menyapa
suara itu menahan beberapa detik segukan sang gadis.



Tak menoleh gadis kecil itu ke arah suara yang menyapanya, matanya
masih
menerawang tak menentu seperti mencari sesosok yang amat ia rindui
kehadirannya di hari bahagia itu. Ternyata, ia menangis lantaran tak
memiliki baju yang bagus untuk merayakan hari kemenangan.
"Ayahku mati syahid dalam sebuah peperangan bersama Rasulullah," tutur
gadis kecil itu menjawab tanya lelaki di hadapannya tentang Ayahnya.

Seketika, lelaki itu mendekap gadis kecil itu. "Maukah engkau,
seandainya Aisyah menjadi ibumu, Muhammad Ayahmu, Fatimah bibimu, Ali
sebagai pamanmu, dan Hasan serta Husain menjadi saudaramu?" Sadarlah
gadis itu bahwa lelaki yang sejak tadi berdiri di hadapannya tak lain
Muhammad Rasulullah SAW, Nabi anak yatim yang senantiasa memuliakan
anak
yatim.
Siapakah yang tak ingin berayahkan lelaki paling mulia, dan beribu
seorang Ummul Mukminin?

Begitulah lelaki agung itu membuat seorang gadis kecil yang bersedih di
hari raya kembali tersenyum. Barangkali, itu senyum terindah yang
pernah
tercipta dari seorang anak yatim, yang diukir oleh Nabi anak yatim.
Rasulullah membawa serta gadis itu ke rumahnya untuk diberikan pakaian
bagus, terbasuhlah sudah airmata. Lelaki agung itu, shalawat dan salam
baginya.

***

Lebaran, bagi kita sangat identik dengan pakaian bagus. Tak harus baru,
setidaknya layak dipakai saat bersilaturahim di hari kemenangan itu.
Namun tak dapat dipungkiri, bagi sebagian besar masyarakat kita,
memakai
pakaian baru sudah menjadi budaya. Mungkin budaya ini merujuk pada
kisah
di atas, bahwa Rasul pun memakai pakaian yang bagus di hari raya. Tidak
sedikit uang yang dikeluarkan untuk menyambut lebaran, bahkan bagi
sebagian orang, tak cukup satu stel pakaian baru disiapkan, mengingat
tradisi silaturahim berlebaran di Indonesia yang lebih dari satu hari.

Tak ada yang salah dengan budaya baju baru itu, ambil sisi positifnya
saja, bahwa keceriaan hari kemenangan bolehlah diwarnai dengan
penampilan yang lebih baik. Sekaligus mencerminkan betapa bahagianya
kita menggapai sukses penuh arti selama satu bulan menjalani Ramadhan.
Baju baru bukan cuma fenomena, bahkan sudah menjadi budaya. Tetapi ada
cara berlebaran Rasulullah yang tak ikut kita budayakan, yakni
menceriakan anak yatim dengan memberikan pakaian yang lebih pantas di
hari istimewa.

Anak-anak kita bangga menghitung celana dan baju yang baru saja kita
belikan. Tak ketinggalan sepatu dan sandal yang juga baru. Dapatlah
kita
bayangkan betapa cerianya mereka saat berlebaran nanti mengenakan
pakaian bagus itu. Tapi siapakah yang akan membelikan pakaian baru
untuk
anak-anak yatim? Tak ada Ayah atau Ibu yang akan mengajak mereka
menyambangi pertokoan dan memilih pakaian yang mereka suka. Dapatkah
kita bayangkan perasaan mereka berada di tengah-tengah riuh rendah
keceriaan anak-anak lain berbaju baru, sementara baju yang mereka
kenakan sudah usang.

Rasulullah tak hanya berbaju bagus saat berlebaran, tetapi juga
mengajak
seorang anak yatim ikut berbaju bagus, sehingga nampak tak berbeda
dengan Hasan dan Husain. Lelaki agung itu, tahu bagaimana menjadikan
hari raya juga istimewa bagi anak-anak yatim. Mampukah kita meniru cara
Rasul berlebaran?

Kalau kita mampu membeli beberapa stel pakaian untuk anak-anak kita,
adakah sedikit yang tersisihkan dari rezeki yang kita dapat untuk
membeli satu saja pakaian bagus untuk pantas dipakai oleh anak-anak
yatim tetangga kita. Kebahagiaan 1 Syawal semestinya tak hanya milik
anak-anak kita, hari istimewa itu juga milik mereka.

Maka, ikuti yuks! Gerakan LCR (Lebaran Cara Rasul). Gerakan ini, saya
yakin sudah banyak yang melakukannya di berbagai tempat. Namun jika
lebih banyak lagi orang-orang beruntung seperti kita yang mau

membudayakan LCR ini, akan lebih banyak senyum anak yatim yang tercipta
di hari bahagia.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home


Supported by : cenary.com