AINA QALBYNA BLOG
Allah memberikan kehidupan kepada kita sebagai makhluq sempurna,punya akal....dan kehidupan yang indah
....jalani dengan ikhlas dan siap menerima apa adanya yang diberikan oleh Allah SWT....amin
Perjalanan panjang hidup seorang anak manusia sulit untuk di tebak oleh yang namanya manusia itu sendiri,
umur,rezeki,pertemuan,juga maut.
Semua ada yang mengatur,tiap sedetik desah nafas yang kita hirup ada yang mengatur yaitu Allah SWT.
------------------------------
IslamDotNet | Links | Teman-teman | Siapakah aku?

Tuesday, October 03, 2006

Bismillahirahman nirahim
FUNGSI AKAL BAGI UMAT ISLAM

Allah telah memuliakan anak adam dengan akal dan menjadikan akal sebagai syarat utama pembebanan syariat kepada manusia. Dalam ilmu mantiq dapat juga dikatakan manusia adalah hewan yang berakal (al insanu hayawanun natiq).
Banyak sebahagain ulama mengatakan bahwa ilmu mantiq itu haram, mungkin karena sebahagian umat menjalankan syariat islam hanya berdasarkan akal pikiran saja, padahal Allah memberikan akal kepada manusia untuk mengetahui mana sisi buruk dan mana sisi baik, dimana setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia tidak terlepas dari kendali dan kontrol dari akal yang sehat.
Manusia sebagai “insan kamil” (manusia sempurna ), dalam arti berbeda dengan makhluk Allah lain yang tidak mempunyai akal, diperintahkan Allah untuk bertaffakur dan menghayati Firman-Nya, dan Allah memerintahkan umatnya untuk menggunakan akal mereka dengan berpikir bagaimana upaya membangun bumi dan memperbaikinya demi tercapainya tujuan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini.
Dalam al quran surat Ali Imran ayat 190 yang artinya :
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan selisih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”.
Dan dalam ayat lain dikatakan: "Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran” (Ar-Ra'd:19).
Jelas sudah Allah menciptakan akal pada manusia untuk berpikir, dan ini tidak bisa disangkal, karena bagaimana umat mau belajar dan berpikir dalam melakukan tindakkan kalau tidak punya akal sehat. Dan seandainya ada sebahagian yang mengakatakan mendahulukan akal dalam menghayati dan mempelajari syariat Islam termasuk orang yang kufur, dapat dikatakan ini salah persepsi saja, mungkin yang dimaksud itu adalah bahwa kalau segala sesuatu yang ada hubungannya dengan nash syr’i lebih mendahulukan aqli (logika) dari pada naqli (Quran dan Hadis).
Karena pada dasarnya Allah menciptakan akal pada manusia berbatas sesuai dengan kemampuan yang ada dalam akal itu sendiri dimana akal itu difungsikan. Karena apabila fungsi akal sudah melampaui bidang-bidang yang di batasi-Nya, maka dengan demikian orang yang memiliki akal itu sudah melakukan kezaliman, sebab dengan melakukan itu akan menghasilkan kesesatan dan kebingungan, dan ini mungkin yang menjadi alasan bagi sebagian ulama mengatakan bahwa ilmu mantiq atau dikenal dengan istilah ilmu logika itu haram dan akhirnya membuat manusia jatuh kepada kekafiran, ini benar sekali.
Karena bagaimana manusia dapat menjalankan ibadah dengan sempurna kalau apa yang dipikir oleh akal sehatnya sudah melampaui apa yang diperintahkan dan dilarang oleh Sang Khaliq, dan melampaui batas akal itu sendiri. Dimana terkadang seorang manusia yang super pintar berusaha menggali ilmu Al-Quran di luar kemampuan akalnya dan berusaha mencari tahu zat Allah sesungguhnya dan ini adalah mustahil, karena zat Allah merupakan suatu yang mustahil untuk dipelajari dan dipikirkan oleh akal sehat seorang manusia yang menjadi ciptaan-Nya.
Terkadang disinilah terjadi kesalahpahaman itu, hingga manusia lupa akan keberadaan dirinya dan kemampuan akalnya karena bagaimanapun Allah Maha dari segala yang Maha.
Karena sebagai umat banyak yang telah menjauhkan dirinya dari perintah-perintah Allah dan bangga dengan apa yang telah dihasilkan oleh akal pikiran mereka, hingga terkadang mereka juga bingung dengan apa yang mereka peroleh dengan cara memikirkan yang di luar batas pemikiran akal sehat mereka.
Ini bisa terjadi karena pengaruh dari filsafat Yunani yang telah meracuni peta dunia Islam dan mempengaruhi para ulama salafus shalih dengan metode yang aneh.
Banyak filsafaat Yunani yang menterjemahkan buku yang membuat sebahagian ulama kaum muslimin terkagum-kagum, lalu mulailah melandasai pemikiran mereka itu dengan pemikiran Yunani, bahkan menyesuaikannya dengan pemikirin Islam, dan hasilnya apa yang mereka capai? rasa kecewa dan putus asa yang mempersulit sesuatu yang telah dipermudah, untuk mereka dengan mengeluarkan seluruh daya upaya mereka untuk mendapatkan kesucian akidah Islam dengan metode Yunani yang landasannya cuma akal manusia yang serba terbatas dan ini mustahil. Akibatnya secara tidak langsung akidah Islam telah ternodai oleh hal-hal yang di luar batas kemampuan akal manusia yang serba terbatas.
Dan atas dasar inilah mungkin sebahagian para ulama dapat mengatakan dan mengambil suatu kesimpualan bahwa belajar ilmu logika atau ilmu mantiq dapat menimbulkan kekufuran, atau dengan kata lain dapat membuat orang lupa akan keberadaan akidah Islam yang murni dan lebih mengutamakan akal daripada nash syar'i dan ini jelas salah.
Dan tidak sedikit para ulama khususnya ilmu kalam yang menyadari kekeliruan ini di akhir hayatnya, dan bertaubat dan menyesali apa yang telah mereka perbuat selama ini, dan sedih bahwa selama ini mereka telah menghabiskan umurnya dengan hal yang sia-sia dan perdebatan yang tak ada ujung pangkalnya. Wallahu a'lam bishsawab.
Maka dari itu hasil nyata yang dihasilkan setiap orang yang mendahulukan akalnya atau akal orang lain daripada syariat Allah adalah kebingungan dan kesesatan, yang pasti fungsi akal bukan untuk mengkaji ataupun berpikir kepada apa yang ada di luar batas kemampuan dari akal tersebut, tapi Allah menciptakan akal pada manusia juga untuk membedakan bahwa manusia begitu tinggi derajatnya dari makhluk Allah yang lain, dan akal itu berfungsi untuk berpikir bahwa alam ini ada karena adanya yang menciptakan yaitu Allah Swt, dan fungsi akal itu juga manusia berpikir dan bersyukur atas apa yang ada dan menjadi rahmat bagi manusia itu sendiri.
Sesungguhnyalah kita berlindung kepada Allah agar terhindar dari hal yang demikian.
Penulis mohon maaf jika ada kalimat yang salah atau tidak berkenan. mohon diperbaiki kalau itu salah karena saya masih belajar menulis.

Tulisan ini dikutip dari buku Al Ghuluwwu fi Ad-Diin (Abud Bin Ali bin dar).
Ai__________qatar

0 Comments:

Post a Comment

<< Home


Supported by : cenary.com